aku hancur, sayang.
oleh karena cinta
oleh karena ketiadaanmu
oleh karena rindu yang canggung
sedang namamu memenuhi kepalaku
berdesakkan di sana
sedang tatapmu menjalari darahku
berarakan di sana,
kau sedang apa?
apa memeluk yang bukan aku?
apa menghirup yang bukan aroma tubuhku?
apa sepenuh hati mencintainya?
aku dibunuh oleh pikiranku sendiri
namun kadang ia benar
sore itu ketika kita bertemu,
aku berusaha keras mengakarkan kakiku
agar ia tak berlari menjangkaumu
aku berusaha keras mengikat tanganku
agar tak sembarang memelukmu
namun mataku begitu nakal
melangkahi tingginya akal
tak berhenti mengawasi gerakmu
memberimu tatapan yang sama
berbicara dengan sendirinya
andai dapat aku mencintaimu dengan sebenarnya
nyata, seperti ketiadaanmu ini
0 komentar:
Post a Comment